Ada tiga alasan mengapa seorang manajer tidak bersedia dalam mengambil keputusan sesuai dengan tingkat dan kewenangannya. Pertama, pengambilan keputusan selalu mengandung risiko kegagalan. Kedua, hasil keputusan selalu menyangkut situasi pada masa depan, sedangkan keputusan yang dibuat ada pada masa kini. Ketiga, secara teknis, tidak banyak manajer yang memahami bagaimana mengambil keputusan dalam situasi yang sangat kompleks. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila berbagai keputusan selalu ditunda dan dilimpahkan pada tingkat manajer yang lebih tinggi sehingga menghambat pelaksanaan pekerjaan dan penyelesaian persoalan. Padahal, pengambilan keputusan merupakan suatu rangkaian yang tidak hanya melibatkan kemampuan manajerial, tetapi juga membutuhkan intuisi yang tajam.Tidak hanya itu, ketiadaan buku-buku yang mengulas bagaimana teknik mengambil keputusan yang tepat, namun justru menekankan pada paradigma optimalisasi keputusan yang bermuara pada riset operasi mendorong penulis untuk melakukan kontemplasi atas pengalamannya di dunia konsultasi dan praktis, serta menghubungkannya dengan berbagai teori pengambilan keputusan, baik yang klasik maupun kontemporer. Sebagai hasilnya, buku Pengambilan Keputusan Manajerial Teori dan Praktik untuk Manajer dan Akedemisi hadir ke tengah-tengah pembaca.
Buku yang dikemas dalam bahasa yang mudah dipahami dan disertai dengan ilustrasi kasus sehari-hari, baik yang berkaitan dengan praktik usaha, pengambilan kebijakan publik, maupun keputusan yang bersifat personal dapat menjadi acuan dan buku wajib untuk kalangan akedemisi mahasiswa S-1, S-2, dan S-3. Buku ini juga dapat menjadi acuan untuk para manajer, pelaku usaha, dan praktisi dalam memahami situasi keputusan dan membuat respons yang diharapkan.
